Powered By Blogger

Senin, 20 Juli 2009

Touring Jakarta Bandung PP








Touring menggunakan Yamaha Scorpio Z yang sudah dimodifikasi. Spesifikasinya antara lain Ban depan belakang battlax bt 45 ukuran 110 dan 130, velg alumunium jari-jari R17, arm kumis, stang suzuki TS dan bahan bakar menggunakan pertamax plus. Selain motor untuk keamanan dan kenyaman, saya juga memakai sarung tanggan scoyco model motocross, helm snail model motocross yang dilengkapi google, celana kain (supaya tidak panas), jaket jeans, sepatu reebook dan tas punggung yang saya isi baju dan air putih.

Berangkat dari kos saya di warung jati jam 06.30 pagi. Sebelumnya saya belum pernah melakukan perjalanan jauh dengan motor sebelumnya, maka saya mencoba beradaptasi terlebih dahulu. Motor saya jalankan dengan kecepatan normal sampai di jembatan Tanjung Barat. Setelah itu apabila saya rasa jalan aman untuk kecepatan tinggi dan tidak ada keramain, motor saya pacu.

Saya agak terganggu dengan getaran dan suara mesin Yamaha Scorpio, mungkin karena CC nya yang besar dan letak mesinnya yang di depan di bawah tangki, jadi suaranya kasar dan getarannya lebih besar jika dibandingkan dengan motor jenis bebek ataupun skutik. Selain itu juga mungkin karena pengaruh dari modifikasi penggantian roda dengan rim yang lebih kecil 1 inchi dari standarnya sehingga mudah mencapai putaran mesin tinggi. Tetapi ada keuntungannya juga karena dapat meningkatkan akselarasinya. Tetapi untuk keseimbangan di trek lurus ataupun jalan menikung patut di acungi jempol, berbeda dengan motor jenis bebek ataupun skutik yang mudah melayang jika dipacu kecepatan tinggi. Mungkin karena bobot yang lebih berat dan pengaruh modifikasi penggantian dengan ban tapak lebar.

Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan sampai di puncak, saya memutuskan untuk isitirahat, saya mengeluhkan suspensi Yamaha Scorpio yang keras, mungkin ini pengaruh dari penggunanan arm kumis yang merubah sudut suspensi. Menurut saya arm kumis ini ayunannya menjadi lebih lembut jika digunakan untuk berboncengan. Saya menggunakan arm ini karena arm standar tidak mencukupi untuk pemakaian ban tapak lebar.

Pada touring kali ini saya merasakan perbedaan yang mendasar antara cara mengendarai mobil dan motor ketika menyalip. Mobil ketika akan menyalip biasanya kita menurunkan gigi atau tidak menurunkan ataupun menaikkan gigi sama sekali untuk memperoleh tenaga dan torsi. Saya merasa kaget ketika menyalip sebuah mobil (gigi 4) ketika sampai setengah badan mobil, mesin Yamaha Scorpio Z saya sudah berputar cepat tetapi kecepatan hanya sedikit bertambah. Sehingga menyalipnya membutuhkan waktu yang lama. Hal ini sangat membahayakan jika di jalur berlawanan ada kendaraan. Apalagi di jalan luar kota yang kecepatan bisa melebihi 100km/jam. Kemudian saya mencoba untuk bermain torsi saja, dengan menggunakan RPM yang rendah, karena dari spesifikasi Scorpio didesain memiliki torsi yang lebih besar dari motor sekelasnya. Pada saat berada tepat di belakang mobil posisi gigi yang mulanya 4 saya naikkan di gigi 5 tentunya dengan RPM yang sudah terasa ada torsinya. Memang awalnya tarikan agak berat mungkin karena torsi belum maksimal, tetapi setelah melewati setengah badan mobil, kecepatan dan torsi langsung bertambah, sehingga dapat menyalip dengan cepat. Mungkin juga pengaruh dari modifikasi penggunaan roda dengan diameter yang lebih kecil, karena membuat tarikan di tiap gigi menjadi pendek-pendek. Sehingga di perjalanan luar kota lebih sering menggunakan persneling 5. Yang ternyata selain tarikan menjadi lebih enteng, membuat konsumsi bahan bakar menjadi lebih irit.

Saya rasakan torsi Yamaha Scorpio yang besar ini sangat pas untuk jalan yang berkelok-kelok dan menanjak. Kelihatan sekali ketika motor-motor lain mesinnya sudah berteriak di tanjakan, saya dengan mudah melewatinya dengan posisi gigi tinggi dengan RPM sedang. Sehingga saya dapat menikmati pemandangan di daerah pegunungan di Jawa Barat dengan leluasa karena bisa dengan santai melewati tanjakan dan belokan.

Jam 11.30 saya sampai di Bandung Timur, 5 jam perjalanan membuat badan saya lumayan pegal, tetapi rasa pegalnya berbeda dengan pegal setelah membawa mobil jarak jauh. Naik mobil antara pegal dan kantuk lebih besar rasa kantuknya tetepi naik motor kebalikannya. Esok harinya jam 06.30 saya berangkat dari Bandung Timur menuju Jakarta, perjalanan menjadi molor 30 menit dari berangkatnya karena salah ambil jalan yang mengakibatkan jarak lebih jauh dan lebih macet.

Demikianlah Touring Jakarta Bandung ini, untuk selanjutnya Insya Allah saya akan melakukan Touring Jakarta Semarang pada waktu lebaran nanti. Rencananya mungkin berdua dengan teman saya yang mengendaai Yamaha Vixion.

Kamis, 09 Juli 2009

Yamaha Scorpio Z

Sempat bingung juga ketika akan membeli motor sebagai pengganti Astra Grand Impreza tahun 1998 yang saya pakai dari kuliah sampai kerja. Karena kondisi motor yang kondisinya sangat terawat. Belum pernah rewel selama saya pakai. Saya pikir hanya buang2 uang saja. Karena sama saja beli motor baru masih tetap kehujanan, mending uangnya ditabung lagi untuk kebutuhan lainnya yang lebih penting.

Setelah mencoba Yamaha Mio milik adik saya jadi berubah pikiran, motor ini menurut saya praktis, lincah, tenaganya besar tetapi tetap irit selain itu juga modelnya yang bagus. Saja menjadi ingin membelinya. Tetapi saya sebelum memutuskan membeli saya browsing di internet dan membeli majalah motor untuk mengetahui kehandalan motor ini. Tetapi bukannya tambah mantap keputusan untuk membeli Mio tapi malah tambah bingung karena banyak motor-motor lain yang tidak kalah keren.

Saya sempat ingin membeli Honda Mega Pro, karena sewaktu saya masih duduk dibangku SMA saya pernah memiliki Honda GL-Pro Neo Tech Engine 160 CC. Saya cukup puas dengan model dan tenaganya. Bodinya yang ramping sesuai dengan badan saya yang kurus. Saya berpikir GL-Pro saja sudah OK bagaimana dengan Mega Pro yang lebih baru.

Saya menjadi tidak tertarik lagi dengan Mio, apalagi teman dekat dan someone spesial menyarankan untuk membeli motor berjenis sport. Supaya lebih macho. Akhirnya saya memilih Mega Pro. Saya menelepon beberapa dealer Honda di Jakarta Selatan. Tetapi dealer-dealer tersebut kehabisan stok. Mungkin karena waktu itu sudah mendekati lebaran. Akhirnya saya memutuskan untuk mencari motor alternatif lain.

Yamaha Scorpio Z CW akhirnya menjadi pilihan saya. Saya sangat tertarik dengan spesifikasinya, tenaganya jauh di atas Mega Pro, bahkan Honda Tiger. Saya melihat modelnya yang ramping dan berotot seimbang dengan mesinnya yang 225 CC. Saya kemudian menghubungi dealer Yamaha. Akhirnya saya dapat membawa pulang Scorpio saya walaupun dengan kredit. Beberapa minggu kemudian STNK-nya keluar. Sungguh sangat beruntung saya karena secara tidak terduga mendapatkan nomor yang cantik H 4030 Z.
Ketika menggendarai Scorpio ini saya merasa tenaganya sangat liar sehingga demi keamanan saya mengganti ban belakangnya dengan merk Battlax 120/70 R18 tetapi saya masih memakai velg standarnya, sehingga roda menjadi berbentuk seperti donat. Tetapi saya pada waktu itu sudah cukup puas.

BT45R 130/70 R17 velg 3.5 dan BT45F 110/70 R17 velg 2.5 yang terpasang di Scorpio saya sekarang. Handling motor menjadi lebih mantap, aman, tongkorongan keren dan akselerasi juga lebih ringan karena memakai velg menggunakan diameter yang lebih kecil 1 inchi dari standarnya, selain itu juga karena penggunaan velg jari-jari yang rim-nya terbuat dari alumunium