Minggu, 20 Februari 2011
Stang Byson di Scorpio
Berikut foto - foto pemasangannya. pemasangannya di Motor Kita, sekalian ganti raiser lama yang bautnya sudah pernah dol.
antri
montir motor kita sedang pasang raiser dan stang
tampak belakang atas
pake raiser merek brother warna silver, raiser ini sebenernya untuk Honda, terpaksa pake ini soalnya stock warna silver buat yamaha habis, tinggal warna hitam. Ukurannya sama dengan yang buat yamaha, cuma beda besar baut buat ke segitiga, punya yamaha lebih besar. Jadi cuma bautnya diganti yang lebih gede aja. pemasangan raiser ini tanpa bubut, raiser bisa langsung Plug and Play. Diameter lubang di raiser agak lebih kecil dari diammeter stang tapi sewaktu baut di kencangkan lubang di raiser bisa menyesuaikan, walaupun agak kurang pas sedikit, tapi masih aman, ketika dicoba stang sudah terjepit kuat.
tampak depan atas
Di motor kita sekalian pasang windshield merek baros, menurut saya lebih keren dari pada yang model kecil. Dan dari montir motor kita juga menyarankan memakai ini, motor modif turing kebanyakan memakai wind shield ini. Selain gaya juga bisa buat menahan angin agar tidak langsung kena dada. Untuk wind shield baros ini harganya 160rb udah sama pasang
Test Jalan OK
Waktu di test jalan lumayan enak juga, cuma mungkin agak lebih capek kalau perjalanan jauh, karena sang byson ini posisinya lebih rendah dari stang TS yang dipasang sebelumnya. Tetapi buat handling sepertinya lebih enak stang byson karena tidak terlalu lebar seperti stang TS.
Buat winshield baros rasanya bener-bener nyaman, angin jadi gak langsung kena dada, jadi gak kerasa juga, tau-tau udah jalan 100kpj...hehehehe...
Minggu, 03 Oktober 2010
Box Givi
Selama ada di Jakarta dan awal-awal berada di Semarang, saya sangat berkeinginan untuk mempunyai supermoto sampai-sampai di yamaha scorpio saya menempel velg jari2 lebar, ban lebar, setang, raiser trail, arm relay peninggi suspensi belakang. E......tiba-tiba karena iseng2 dan bosan ketika dikantor cuma buka facebook ketika gak ada kerjaan, akhirnya nyoba buka kaskus, pertama-tama cuma buka frum jokes, kemudian buka forum lain2 sampe ke forum box. Akhirnya sekarang kiblat modifikasi beralih ke motor touring yang full box
Kemudian saya mulai mencari toko box di kota semarang, baik lewat internet ataupun lewat informasi teman. Akhirnya saya menemukan toko variasi motor kita yang sepertinya lebih lengkap di bandingkan toko yang lain.
Sebelum box dipasang ada 2 perangkat yang harus dipasang terlebih dahulu sebagai dudukan ke body motor
1. Bracket
* Bracket Top Box
- Bracket Monorack (statis)harga + pasang 150rb
- Bracket Geser (bisa di geser maju mundur)
- Bracket HR (kualitasnya sangat bagus dan bisa untuk beban berat)
dari berbagai macam jenis bracket top box saya memakai bracket monorack kappa, saya memilihnya karena simple, bahannya tebal, lebih kuat dari bracket geser dan harganya terpaut jauh dari Bracket HR
* Bracket Side box
- Sb1000 berbentuk tapal kuda harga produk lokal + pasang 400rb
- Sb2000 berbentuk kotak lebih mahal
scorpio saya memakai sb1000
* Wingrack
Jika menggunakan ini kita tidak perlu bracket top box dan sidebox karena sudah mencakup keduanya tetapi harganya tipe ini mahal (sampai 2jt dan yang buatan lokal sampai 1jt)
2. Baseplate
Ini ditempelkan antara box dan bracket (sebagai adaptor) biasanya sudah include ketika kita membeli box, seperti kalau kita beli hp include charger.
Selain 2 hal diatas dalam pemasangan box juga harus ditambah perkuatan di bracket agar box kokoh, di bracket side box ditambah pelat besi setebal + - 4mm menuju ke footstep dan antar bracket side box
Dari cara penguncian box dan melepas dari baseplate ada 2 macam type yaitu monolock dan monokey, sampai saat ini saya belum tau perbedaannya, sedangkan box yang terpasang dimotor saya baik sidebox dan top boxnya untuk membuka box dari baseplate ada tombol sendiri dan pengunciannya menjadi satu dengan untuk membuka tutup box.
Top Box yang ada di motor saya adalah givi type e20 dengan kapasitas 39l, box yang paling murah (550rb) dari type givi untuk ukuran 39l . Bentuknya juga kotak pas dengan scorpio yang bodinya agak jadul
Side box saya menggunakan e26n, box ini sebenarnya untuk top box tetapi karena menurut saya keren dan harganya juga paling murah untuk tipe givi (400rb). Bahkan dengan box korea motor yang kelasnya dibawah givi pun masih dapat bersaing harganya. Tetapi ada ruginya juga karena box ini ketika dipasang agak menyusahkan karena sangat lebar. Total lebar motor menjadi 1 meter, dan jika hujan masih rembes karena peruntukannya yang bukan untuk side box. Sedangkan harga side box masih sangat mahal, type yang paling murah sepasang givi e21 saja + bracket sb1000 sampai 1.9jt dan itupun kapasitasnya sangat kecil (21l).
Ada beberapa efek negatif dari full box, seperti, tarikan dan pengendalian menjadi lebih berat karena menurut perkiraan saya 3 box sekitar 6kg, baseplate 3 box juga 6 kg, kemudian untuk bracket monorack+sb1000 mungkin sampai 6kg, sehingga total 18 kg. Kemudian juga posisi penempatan di belakang sehingga menjadi titik berat motor berpindah. Selain itu juga hambatan angin yang bertambah. Untuk scorpio yang memakai fullbox diharuskan memakai peninggi suspensi belakang agar distribusi berat tetap di tengah sehingga pengendalian masih terjaga.
Berikut penampakan motor saya ketika memakai jubah kebesarannya (full box...wkwkwkwkwk....) total cost this box modification is almost 2 million rupiah...
Senin, 30 November 2009
Mudik Jakarta Semarang
Jakarta - Bekasi - Kerawang -(nyasar gan....)- Ciasem - Loh bener - Cirebon - Kanci - Brebes - Tegal - Pemalang - Pekalongan - Alas Roban - Kendal - Semarang.
Kendaraan Scorpio dalam kondisi standart pabrik, kecuali ban Battlax, velg jari-jari alumunium lebar, stang TS dan agak protolan karena spidometer gak ada...:)
Berangkat dari kosan H-2 jam 3 pagi, malemnya cuma tidur 1 jam karena sibuk mempersiapkan motor dan perbekalan yang mau dibawa. Jadinya sebelum mudik sudah kecapean. Malamnya Jakarta benar-benar macet. Contohnya sewaktu membeli donat di Mal Pejaten, 2 jam hanya untuk keluar dari parkiran, benar2 tidak manusiawi parkirannya :(. Hari itu sudah diniati untuk tidak puasa, karena musafir, selain itu juga untuk menghindari dehidrasi. Sayangnya sampe sekarang belum disaur puasanya.
Saya jalankan motor pelan-pelan untuk memanaskan ban. Karena ban mendapatkan traksi maksimalnya setelah suhunya cukup. Setelah melewati lampu merah pertama di jalan Mampang, jalan masih sepi, motor saya geber menyalip motor2 lainnya, gas Pol, sampai bodi dan setang bergetar. Kemungkinan karena tidak ada balancer di stang TS.
Jumlah motor mulai banyak ketika memasuki jalan Kalimalang, mungkin kalau di gambarkan seperti barisan pasukan perang jaman dahulu yang akan menyerang. Dengan berbagai macam atribut, seperti bendera Slankers, tulisan di karton"kepingin ketemu cah wonogiri", tambahan tempat tas di belakang motor dengan menggunakan kayu atau bambu dengan dengan konfigurasi penumpang 4 (anak, bapak, anak dan ibu), motor dengan knalpot terbuka yang suaranya sangat keras, motor dengan modifikasi balap (nungging abis), bajaj dan lain-lain pokoknya rame lah.
Baru beberapa menit perjalanan sudah ada insiden karambol. Karena jarak yang rapat antar motor sehingga susah untuk menghindar dengan berpindah jalur dan kecepatan yang lumayan tinggi. Saya beruntung menggunakan scorpio karena memang tarikannya yang enak sehingga mudah menyalip motor-motor lainnya. Karena memang Scorpio motor turing paling besar tenaganya di Indonesia selain posisi mengendarainya enak karena posisi badan tegak, monoshock dan jok yang besar yang empuk. Walaupun CC nya termasuk besar (225) tapi lincah bermanufer, mungkin karena chasis, jarak sumbu roda dan sudut rake nya. (saya di bayar berapa ya sama yamaha wkwkwkwkwkw.....)
Jam 4 Pagi sampai di daerah Kerawang, sepeda motor dialihkan ke jalur alternatif, dan ternyata d jalur ini terjadi kemacetan yang parah, motor 8 - 10 baris memenuhi jalan dan tidak bergerak sama sekali. Saya memutuskan beristirahat di pinggir jalan dan akan melanjutkan perjalanan setelah lancar. Kondisi masih gelap gulita. Ternyata setelah saya lihat, posisi saya berada di tengah sawah, kemudian saya tekan di HP *250# (iklan Telkomsel), untuk mengetahui posisi saya, karena saya tidak punya GPS, yang ada hanya peta Jawa. Setelah menunggu selama 1 Jam sambil makan 2 Donat ternyata masih macet juga. Saya putuskan untuk melanjutkan perjalanan. Dengan kecepatan rata-rata 5 km/jam, mungkin lebih cepat orang jalan kaki. Sampai akhirnya saya berhenti disebuah pertigaan didekat pasar, ada orang yang memberitahu jalan alternatif tetapi agak memutar.
Kemudian saya lewat jalur alternatif tersebut karena memang sudah macet tidak bergerak lagi. Aspal jalan yang dilalui tidak begitu mulus ada beberapa lubang besar dan agak bergelombang, sehingga kecepatan maksimal hanya sampai 80 km/jam. Mungkin karena terlalu berkonsentrasi di jalan akhirnya saya nyasar, saya berpatokan pada matahari didepan saya karena menuju arah Timur, tetapi pada saat itu matahari di sebelah kanan saya yang berarti saya menuju utara dan juga jalan yang dilalui semakin mengecil. Akhirnya saya memutuskan untuk bertanya kepada orang, dan sialnya lagi orang-orang di daerah tersebut hanya bisa bahasa sunda padahal saya sama sekali tidak bisa. Akhirnya saya putuskan untuk mencari jalan sendiri dengan berpatokan pada matahari.
Sebenernya saya memutuskan untuk mengambil jalan alternatif atas saran orang yang belum di kenal sangat membahayakan, karena bisa saja orang tersebut berniat jahat seperti memberi tahu temannya mencegat dan merampok saya di tengah jalan, karena jalur alternatif biasanya sepi dan kondisi jalannya tidak memungkinkan untuk kecepatan tinggi.
Akibat dari nyasar ini saya membuang waktu hampir 1 jam karena memang kebablasan jauh dari yang seharusnya saya berbelok tetapi tetap lurus sehingga harus kembali lagi. Setelah mencari-cari jalan agar bisa kembali ke jalur utama pantura, akhirnya saya bertemu dengan beberapa rombongan pemudik sehingga hati saya agak tenang. Kemudian tidak beberapa lama saya berhenti di mushola untuk beristirahat dan makan bekal. Sambil beristirahat saya ngobrol dengan orang di sebelah saya yang ternyata mengalami kemaetan yang lebih parah karena berangkat dari depok jam 12 malam. Kemudian saya menawarkan bekal saya kepada orang di sebelah saya, tetapi orang tersebut menolaknya dan menunjukkan mimik yang agak jengkel, ternyata setelah saya ingat2 masih bulan puasa, pantaslah orang itu jengkel, mungkin dia lagi puasa...wkwkwk...
Setelah cukup makan dan beristirahat saya melanjutkan perjalanan lagi, karena masih seperempat perjalanan tapi sudah menghabiskan waktu 6 jam. Akhirnya saya geber motor saya sekencang-kencangnya, sampai akhirnya bisa masuk jalur pantura didaerah Ciasem. Ternyata di jalur utama pantura juga di lalui motor, jadi kemungkinan di kerawang tidak semua motor masuk jalur alternatif. Sial batin saya !!!!....Karena agak emosi langsung saya geber lagi motor saya, langsung saya salip motor dan mobil di depan saya. Tetapi kemudian saya agak memperlambat laju dan lebih berhati-hati setelah ada kecelakaan karambol motor di sebelah saya. Di jalan pantura ini motor bisa lebih cepat, mobil lebih banyak memilih berjalan beriringan di kanan jalan. Mungkin karena takut terserempet motor yang berjalan kesetanan...
Sampai di daerah loh bener saya beristirahat lagi di sebuah warung kelapa muda, sambil makan roti donat J co terakhir....tangan saya memegang HP seperti kestrum, karena getaran setang motor membuat tangan kesemutan...kemudian saya melanjutkan perjalanan lagi, baru 10 menit perjalanan terjadi kecelakaan motor lagi, tetapi sepertinya tidak terlalu parah. Kemudian setelah sampai di pertigaan kanci saya beristirahat lagi, karena badan saya seperti lemas kemungkinan karena dehidrasi ketika melewati kota Cirebon yang macet dan panas. Saya memutuskan untuk makan siang di situ karena di tempat itu ada restoran cfc dadakan dan sulit di jalan pantura di daerah jawa barat menemukan tepat makan yang enak, kebanyakan hanya warung-warung tempat supir truk makan.
Saya sampai di kota tegal motor saya mbrebet karena kehabisan bensin, hal ini terjadi karena spedometer saya copot sehingga tidak termonitor bensin di tangki, tetapi saya tidak terlalu khawatir karena di scorpio ada kran reserve, dan persediaannya bisa sampai 4 liter, sehingga masih dapat mencari POM bensin terdekat. Tetapi agak sulit juga menemukan pertamax +, sehingga saya isi dengan premium tetapi tidak sampai full, hanya 20rb saja supaya tidak terlalu banyak campuran premiumnya ketika nanti mengisi lagi. Dan ternyata dengan premium ini performa motor jadi agak menurun.
Ketika sampai di Pekalongan saya bertemu dengan konvoi 5 Tiger, saya mengikutinya karena lumayan juga ada yang buka jalan, tetapi karena mungkin motor saya bukan tiger sehingga saya dipepet sehingga agak mengurangi kecepatan menjauh dari konvoi. Setelah beberapa lama saya mendekat lagi karena kecepatan dari konvoi tersebut yang terlalu pelan, kemungkinan salah satu motor berjalan pelan karena beban variasi motor yang berat, saya lihat full sidebox e20 top box dan modifikasi aliran motor polisi yang menempel di motor tersebut. Sehingga langsung saya salip ketika ada kesempatan. Tetapi ternyata beberapa dari anggota konvoi tersebut panas sehingga terjadi kejar mengejar dan saling pepet sampai di daerah Alas Roban. Tetapi tidak berlanjut sampai Semarang karena saya berhenti di warung pinggir jalan untuk beristirahat, minum jahe, pijat dan kerik. Kemudian saya melanjutkan perjalanan dan sampai di semarang jam 8 malam, sehingga total lama waktu perjalanan 15 Jam
Sabtu, 26 September 2009
Persiapan Mudik Jakarta Semarang 2009
Senin, 20 Juli 2009
Touring Jakarta Bandung PP
Berangkat dari kos saya di warung jati jam 06.30 pagi. Sebelumnya saya belum pernah melakukan perjalanan jauh dengan motor sebelumnya, maka saya mencoba beradaptasi terlebih dahulu. Motor saya jalankan dengan kecepatan normal sampai di jembatan Tanjung Barat. Setelah itu apabila saya rasa jalan aman untuk kecepatan tinggi dan tidak ada keramain, motor saya pacu.
Kamis, 09 Juli 2009
Yamaha Scorpio Z
Setelah mencoba Yamaha Mio milik adik saya jadi berubah pikiran, motor ini menurut saya praktis, lincah, tenaganya besar tetapi tetap irit selain itu juga modelnya yang bagus. Saja menjadi ingin membelinya. Tetapi saya sebelum memutuskan membeli saya browsing di internet dan membeli majalah motor untuk mengetahui kehandalan motor ini. Tetapi bukannya tambah mantap keputusan untuk membeli Mio tapi malah tambah bingung karena banyak motor-motor lain yang tidak kalah keren.